PERKEMBANGAN PENTASHIHAN MUSHAF AL-QUR’AN

1.  Sejarah (singkat) Penulisan Al-Qur’an

Sebelum memasuki kepada masalah penerbitan Al-Qur’an, sepintas mengenai sejarah penulisan Al-Qur’an. Sejak masa turunnya, Al-Qur’an selalu dijaga dan dipelihara melalui dua cara, yaitu dihafal dan ditulis.

Al-Qur’an diturunkan sebagai wahyu kepada Nabi Muhammad saw. Melalui malaikat Jibril tidak sekaligus diterima oleh Nabi, melainkan berangsur-angsur atau bertahap, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an: Artinya:  Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan secara berangsur-angsur agar engkau membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (Q.S. Al-Isra’/16: 106)

Al-Qur’an diturunkan adakalanya hanya satu ayat, atau beberapa ayat. Setiap ayat yang turun segera dihafal oleh Nabi dengan baik, kemudian Nabi memerintahkan kepada para sahabatnya untuk menuliskan ayat-ayat tersebut. Nabi menunjuk beberapa sahabat untuk menuliskan wahyu (kuttab al-wahyu), seperti: Mu’awiyah, Ubay bin Ka’ab dan Zaiz bin Sabit.

Pada masa turunnya wahyu, para sahabat menulis ayat-ayat Al-Qur’an pada pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit binatang, kilit kayu dan bahkan pada potongan tulang-belulang binatang. Pada saat itu apabila wahyu turun selain Nabi sendiri yang menghafal, juga para qurra dan ditulis oleh para penulis (kuttab).

Susunan atau tertib penulisan Al-Qur’an pada mulanya tidak menurut tertib turunnya, tetapi setiap ayat yang turun dituliskan ditempat penulisan sesuai dengan petunjuk Nabi. Jadi tentang susunan ayat, dan urutan surah Al-Qur’an seluruhnya ditulis berdasarkan petunjuk Nabi. Walaupun hingga Nabi wafat, Al-Qur’an belum ditulis dalam bentuk satu Mushaf, tetapi Nabi telah memberi petunjuk dengan jelas tentang hal itu, maka pada periode pembukuan (tadwin Al-Qur’an), yaitu pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar, Al-Qur’an dapat dihimpun dalam satu Mushaf sengan susunan ayat dan surat persis sebagaimana yanmg ditunjukkan oleh Rasulullah saw.

Nabi Muhammad saw. Adalah seorang yang ummi atau tidak dapat membeca dan menulis, tetapi beliau sangat gigih dalam merekan teks-teks Al-Qur’an dalam bentuk tulisan. Keterbelakangan orang Arab Mekah dalam hal tulis-menulis dan ketiadaan alat tulis waktu itu, tidak tidak menyusutkan semangat beliau untuk menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an pada pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit binatang, kilit kayu dan bahkan pada potongan tulang-belulang binatang. Beliau mempunyai menulis wahyu yang cukup banyak, diantaranya adalah sahabat-sahabat terdekat Nabi seperrti tersebut di atas.

Kegiatan menulis Mushaf terus berlangsung sampai beliau hijrah ke Madinah, sehingga ketika beliau wafat, seluruh ayat Al-Qur’an telah lengkap ditulis.

Pada masa sahabat, penulisan Mushaf Al-Qur’an ada dua periode, yaitu: Penulisan Periode Khalifah Abu Bakr (11-13 H/632-634 M), dan ke dua adala Penulisan Periode Khalifah Usman bin Affan (23-35 H/644-656 M).

Ide awal penulisan Mushaf Al-Qur’an pada masa Khalifah Utsman berasal dari Huzaifah bin Yaman yang secara langsung menyaksikan perselisihan yang terjadi di antara sesama umat Islam tentang bacaan Al-Qur’an, saat itu ikut dalam perang di Armenia dan Azarbaijan. Ide itu direspon secara positif oleh Khalifah Usman. Usman meminta dari Hafsah binti Umar lembaran-lembaran Al-Qur’an yang ditulis pada masa Khalifah Abu Bakr yang selama itu disimpannya. Setelah itu Usman membentuk tim penulis Al-Qur’an yang terdiri dari empat orang dan menunjuk Zaid bin Sabit sebagai ketuanya. Mereka adalah Zaid bin Sabit (ketua), Abdullah bin az-Zubair, Sa’ad bin al-’As dan Abdurrahman bin al-Haris Hisyam.

 

2. Perkembangan Penerbitan Mushaf Al-Qur’an

Tercatat dalam sejarah penulisan Al-Qur’an, bahwa Al-Qur’an untuk petama kali dicetak oleh percetakan Hinkelmann di kota Hamburg (Jerman Barat) pada tahun 1694, lalu oleh percetakan Marraci di kota Poudue Prancis pada tahun 1698. Pada tahun 1787, telah diusahakan sebuah percetakan khusus mencetak Al-Qur’an yaitu di kota Sain Petersburg.

Di Teheran, pada tahun 1828, Iran sudah punya mesin cetak yang memproduksi Al-Qur’an, dan di Tabriz pada tahun 1834, juga di Istana Kerajaan India pada tahun 1977.

Sedangkan di Kairo, Mesir, Al-Qur’an  mulai dicetak pada tahun 1923 di bawah pengawasan Syekh-syekh al-Azhar atas perintah Raja Fuad I. Al-Qur’an terbitan Mesir ini ditulis berdasarkan riwayat Hafash dengan qiraat ’Am¢im. Al-Qur’an terbitan mesir ini dicetak berjuta-juta eksemplar setiap tahunnya, dan diterima oleh dunia Islam.

Sejalan dengan sejarah masuknya Islam di Indonesia, ditemukan bebarapa manuskrif Mushaf Al-Qur’an kuno di Indonesia, misalnya manuskrif Mushaf Al-Qur’an yang ditemukan di Banten ditulis pada tahun 1176 H. Dan beberapa manuskrif Mushaf kuno dari beberapa daerah di Indonesia seperti: Mushaf Syekh Abdul Wahab berasal dari Nangru Aceh Darus Salam, Mushaf Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dari Kalimantan Selatan, Mushaf Diponegoro, dan Mushaf Amangkurat I dari Jawa Tengah.

Pertama kali Al-Qur’an  diterbitkan di Indonesia pada tahun 1951 oleh penerbit Firma Perusahaan Kitab Abdullah bin Afif dan Co, Cirebon, Tanda Tashih ditanda tangani oleh Menteri Agama waktu itu K.H. Muhammad Ilyas.

 

3. Perkembangan Penerbitan dan Pentashihan Mushaf Al-Qur’an

Mengenai perkembangan penerbitan dan pentashihan Mushaf Al-Qur’an di Indonesia, hingga kurun wasktu tahun 1970-an tidak terlalu banyak penerbit atau perusahaan yang memproduk Mushaf Al-Qur’an, dan jenis Al-Qur’an yang diterbitkannya dapat diklasifikasikan kepada jenis Al-Qur’an Bombay, Pakistan dan Bahriyah. Penerbit yang sudah mulai aktif pada tahun-tahun ini adalah seperti Penerbit CV. Afif Cirebon, PT. Al-Ma’arif Bandung, CV. Salim Nabhan Surabaya, dan Tinta Mas Jakarta, Firma Menara Kudus,

Al-Qur’an model tersebut, disenangi oleh masyarakat Muslim Indonesia, terutama para orang tua di daerah-daerah, karena bentuk tilisan huruf-hurufnya tebal, sehingga dalam kondisi alat penerangan yang belum memadai seperti sekarang, Al-Qur’an tersebut masih dapat dibaca. Tetapi di pihak lain sering terajadi permaslahan terhadap Al-Qur’an tersebut yang disampaikan oleh masyaarakat berkaitan dengan; banyaknya tanda baca yang bertumpuk untuk beberapa huruf, terjadi beberapa tanda baca maupun huruf yang sudah tidak jelas terbaca, dan lain sebagainya, maka Departemen Agama menyalin atau menulis kembali Al-Qur’an tersebut setelah mengalami Musyawarah Ulama Ahli Al-Qur’an dengan beberapa penyederhanaan Tanda Waqaf, sehingga pada tahun 1984 terwujudlah Mushaf Usmani Standar Indonesia.

Selanjutnya Mushaf tersebut dikenal Mushaf Standar Indonesia, dan berdasarkan KMA No. 25 tahun 1984, tentang Penetapan Al-Qur’an Standar, dan menetapkannya sebagai pedoman dalam mentashih Al-Qur’an.

Periode selanjutnya, perkembangan penerbit Al-Qur’an yaitu periode tahun 1980-an muncul penerbit-penerbit seperti Firma Sumatera, Bandung; CV. Diponegoro, Bandung; CV. Sinar Baru, Bandung; CV. Toha Putra, Semarang, CV. Bina Ilmu, Surabaya. Para penerbit tersebut masih menerbitkan menerbitkan Al-Qur’an Bombay dan Al-Qur’an Standar Indonesia.

Selanjutnya pada tahun 1990-an muncul para penerbit baru seperti di Surabaya: ada CV. Karya Abdi Tama, CV. Duta Ilmu, CV. Al-Hidayah, Delta Adiguna, CV. Aisyiyah, UD. Mekar, Bintang Terang, CV. Ramsa Putra, dan lain sebafgainya. Di Semarang, CV. Al-Waah, CV. Asy-Syifa, CV. Aneka Ilmu, Hasyim Putra, CV. Hilal, CV. Istana Karya Mulya, CV. Kumudasmoro, PT. Salam Setia Budi, CV. Wicaksana, PT. Tanjung Mas Inti, dan lain sebagainya. Di Bandung, CV. Jumanatul ’Aly, CV. Sugih Mukti, CV. Sriwijaya, Yayasan Pustaka Fitri. Di Jakarta, PT. Al-Amin, PT. Inamen Jaya, PT. Intermasa, PT. Mutiara, PT. Sugih Jaya Lestari, PT. Tehazet, Yayasan Muti’ah, Zikrul Hakim, dan lain sebagainya.

Periode tahun 2000-an, penerbit-penerbit Islam yang biasa menerbitkan buku-buku umum mulai melirik terhadap penerbitan Mushaf Al-Qur’an, seperti Penerbit Syamil, Bandung; Penerbit Gema Insani Press, Depok, Penerbit Pena Pundi Aksara, Jakarta; penerbit CV. Magfiroh, Jakarta, Penerbit CV. Pustaka Amani, Jakarta, PT. Lautan Lestari, Jakarta; PT. Cicero, Jakarta, PT. Mizan, Bandung.

Perkembangan dari segi jenis terbitannya, akhir-akhir ini para penerbit telah banyak menerbitkan Mushaf yang master Al-Qur’annya berasal dari luar negeri yaitu terbitan Madinah, kemudiuan melalui proses penyesuaian dengan mushaf Standar Indonesia dalam hal tanda baca seperti tanda waqaf dal lain-lain.

Sejalan dengan telah diterbitkannya Pedoman Transliterasi Arab-Latin, maka beberapa penerbit telah menerbitkan Al-Qur’an yang dilengkapi denga Transliterasinya.

Selain itu para penerbit baru saat ini lebih banyak tertarik kepada Al-Qur’an yang diberi tanda-tanda tajwid dengan memakai warna-waarna pada setiap hukum tajwid.

Semua itu menurut pengakuan para penerbit adalah merupakan ide-ide pernerbitan Al-Qur’an yang dapat membantu mempermudah para pembaca terutama yang ingin mempelajari Al-Qur’an  dengan mudah.

Di kalangan pemerintah baik pusat maupun daerah telah pula menerbitkan Al-Qur’an, seperti:

Al-Qur’an Mushaf Istiqlal yang ditulis oleh Tim Khattat putra-putra Indonesia yang diprakarsai oleh Yayasan Festival Istiqlal (ditulis tahun 1990-1995)

Al-Qur’an Mushaf Sundawi yang ditulis oleh Tim Khattat putra-putra Indonesia yang diprakarsai oleh Pemerintah Propinsi Jawa Barat ditulis tahun 1995-1997).

Al-Qur’an Mushaf Ibu Tin Suharto yang ditulis oleh Tim Khattat putra-putra Indonesia yang diprakarsai oleh mantan Presiden H.M. Suharto (ditulis tahun 1997-1999).

Al-Qur’an Mushaf Jakarta yang ditulis oleh Tim Khattat putra-putra Indonesia yang diprakarsai oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (ditulis tahun 2000-2001).

Al-Qur’an Mushaf Khatulistiwa yang ditulis oleh Tim Khattat putra-putra Indonesia yang diprakarsai oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Kalimantan Barat (ditulis tahun 2001-2002).

Di samping itu, saat ini juga banyak diajukan permohonan rekomendasi/surat izin edar terhadap Al-Qur’an digital dalam berbagai bentuknya, mulai dari MP3, Pulpen Al-Qur’an dan HP Al-Qur’an. Produk HP Al-Qur’an pun bermacam-macam, di antaranya Al-Qur’an dan terjemahnya tanpa suara bacaan Al-Qur’an dan Al-Qur’an dan terjemahnya dengan suara bacaan Al-Qur’an.

Tentang samawi30

layout dan edit mushaf quran
Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar